iklan

Hosting Unlimited Indonesia

Selasa, 09 Mei 2017

TEKNOLOGI DAN SISTEM INFORMASI DALAM DUNIA KESEHATAN DAN KEPERAWATAN TENTANG NEBULIZER

Teknologi dan Sistem Informasi dalam Dunia Kesehatan dan Keperawatan
A.    Pengertian sistem informasi kesehatan
Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelola informasi di seluruh tingkat pemerintahan secara sistematis dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat. Peraturan perundang-undangan yang menyebutkan sistem informasi kesehatan dalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932 /Menkes /SK/ VIII/ 2002 tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem informasi kesehatan dari sudut pandang menejemen kesehatan, tidak memanfaatkan state of the art teknologi informasi serta tidak berkaitan dengan sistem informasi nasional. Teknologi informasi dan komunikasi juga belum dijabarkan secara detail sehingga data yang disajikan tidak tepat.
Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer (Computer Based Hospital Information System) di Indonesia telah dimulai pada akhir dekade 80’an. Salah satu rumah sakit pada waktu itu telah memanfaatkan komputer untuk mendukung operasionalnya adalah Rumah Sakit Husada. Departemen Kesehatan dengan proyek bantuan dari luar negeri, juga berusaha mengembangkan Sistem Informasi Rumah Sakit pada beberapa rumah sakit pemerintah dengan dibantu oleh tenaga ahli dari UGM. Namun, tampaknya komputerisasi dalam bidang pe-rumah sakit-an, kurang mendapatkan hasil yang cukup memuaskan semua pihak.
Ketidakberhasilan dalam pengembangan sistem nformasi tersebut, lebih disebabkan dalam segi perencanaan yang kurang baik, dimana identifikasi faktor-fakor penetu keberhasilan (critical succes factors) dalam implementasi sistem informasi tersebut kurang lengkap dan menyeluruh. Perkembangan dan perubahan yang cepat dalam segala haljuga terjadi di dunia pelayanan kesehatan. Hal ini semata-mata karena sektor pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem yang lebih luas dalam masyarakat dan pemerintahan dalam suatu negara, bahkan lebih jauh lagi sistem yang lebih global. Perubahan-perrubahan di negara lain dalamberbagai sektor mempunyai dampak terhadap sistem pelayanan kesehatan.
Dalam era seperti saat ini, begitu banyak sektor kehidupan yang tidak terlepas dari peran serta dan penggunaan teknologi komputer, terkhusus pada bidang-bidang dan lingkup pekerjaan. Semakin hari, kemajuan teknologi komputer dibidang piranti lunak maupun perangkat keras berkembang dengan sangat pesat, disisi lain juga berkembang kearah yang sangat mudah dari segi pengaplikasian dan murah dalam biaya. Solusi untuk bidang kerja apapun akan ada cara untuk dilakukan melalui media komputer, dengan catatan bahwa pengguna juga harus belajar untuk mengiringi kemajuan teknologinya. Sehingga pada akhirnya, solusi apapun teknologi yang kita pakai, sangatlah ditentukan oleh sumber daya manusia yang menggunakannya.
Rumah sakit, sebagai salah satu institusi pelayanan kesehatan masyarakat akan melayani transaksi pasien dalam kesehariannya. Pemberian layanan dan tindakan dalam banyak hal akan mempengaruhi kondisi dan rasa nyaman dari pasien. Semakin cepat akan semakin baik karena menyangkut nyawa pasien. Semakin besar jasa layanan suatu rumah sakit, akan semakin kompleks pula jenis tindakan dan layanan yang harus diberikan yang kesemuanya harus tetap dalam kondisi terpadu. Karena selain memberikan layanan rumah sakit juga harus mengelola dana untuk membiayai operasionalnya. Melihat situasi tersebuat, sudah sangatlah tepat jika rumah sakit menggunakan sisi kemajuan komputer, baik perangkat lunak maupun perangkat kerasnya dalam upaya membantu penanganan manajemen yang sebelumnya dilakukan secara manual.
Departemen Kesehatan telah menetapkan visi Indonesia Sehat 2010 yang ditandai dengan penduduknya yang hidup sehat dalam lingkungan yang sehat, berperilaku sehat, dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu yang disediakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat sendiri, serta ditandai adanya peran serta masyarakat dan berbagai sektor pemerintah dalam upaya kesehatan. Dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan tersebut, infrastruktur pelayanan kesehatan telah dibangun sedemikian rupa mulai dari tingkat nasional, propinsi, kabupaten dan seterusnya sampai ke pelosok. Setiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan tersebut menjalankan program dan pelayanan kesehatan menuju pencapaian visi dan misi Depkes tersebut. Setiap jenjang tersebut memiliki sistem kesehatan yang yang saling terkait mulai dari pelayanan kesehatan dasar di desa dan kecamatan sampai ke tingkat nasional.
Jaringan sistem pelayanan kesehatn tersebut memerlukan sistem informasi yang saling mendukung dan terkait, sehingga setiap kegiatan dan program kesehatan yang dilaksanakan dan dirasakan oleh masyarakat dapat diketahui, difahami, diantisipasi dan dikelola dengan sebaik-baiknya. Departemen Kesehatan telah membangun sistem informasi kesehatan yang disebut SIKNAS yang melingkupi sistem jaringan informasi kesehatan mulai dari kabupaten sampai ke pusat. Namun demikian dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, SIKNAS belum berjalan sebagaimana mestinya.
Dengan demikian sangat dibutuhkan dibangunnya sistem informasi kesehatan yang terintegrasi baik di dalam sektor kesehatan (antar program dan antar jenjang), dan di luar sektor kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan informasi pemerintah daerah dan jaringan informasi di pusat.



Sistem informasi yang ada saat ini dapat digambarkan sebagai berikut:
1.      Masing-masing program memiliki sistem informasi sendiri yang belum terintegrasi, Sehingga bila diperlukan informasi yang menyeluruh diperlukan waktu yang cukup lama.
2.      Terbatasnya perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) di berbagai jenjang, padahal kapabilitas untuk itu dirasa memadai.
3.      Terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk mengelola dan mengembangkan sistem informasi
4.      Masih belum membudayanya pengambilan keputusan berdasarkan data/ informasi.
5.      Belum adanya sistem pengembangan karir bagi pengelola sistem informasi, sehingga seringkali timbul keengganan bagi petugas untuk memasuki atau dipromosikan menjadi pengelola sistem informasi.

B.     Contoh Sistem Teknologi dalam Keperawatan
1.     Ultrasonik Nebulizer
a.     Pendahuluan
Nebulizer adalah salah satu alat elektromedik yang digunakan untuk memberikan terapi pengobatan bagi pasien yang terserang penyakit gangguan atau kelainan pada saluran pernapasan dengan memanfaatkan cairan uap yang sudah tercampur dengan obat. Dimana cairan uap melalui proses pemecahan cairan obat menjadi kabut yang sangat halus, sehingga ketika dihirup melalui mulut dan hidung obat akan langsung menuju ke paru-paru untuk meredakan keluhan batuk dan gejala asma lainnya. Penyakit asma adalah suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang saluran pernapasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran napas yang akhirnya seseorang mengalami sesak napas.
Nebulizer menggunakan oksigenudara terkompresi atau ultrasonik kekuatan untuk memecah solusi medis dan suspensi menjadi kecil aerosol tetesan yang dapat langsung dihirup dari corong perangkat. Definisi aerosol adalah "campuran gas dan partikel cair," dan contoh terbaik dari aerosol alami adalah kabut , terbentuk ketika partikel air kecil menguap dicampur dengan udara ambien panas didinginkan dan berkondensasi menjadi awan denda terlihat udara tetesan air. Bila menggunakan nebulizer untuk terapi inhalasi dengan obat-obatan yang akan diberikan langsung ke paru-paru, penting untuk dicatat bahwa tetesan aerosol dihirup hanya dapat menembus ke dalam cabang sempit saluran udara lebih rendah jika mereka memiliki diameter kecil 1-5 mikrometer. Jika tidak, mereka hanya diserap oleh rongga mulut, di mana efeknya rendah.
b.    Definisi Nebulizer
Nebulizer adalah alat yang digunakan untuk merubah obat dari bentuk cair ke bentuk partikel aerosol.bentuk aerosol ini sangat bermanfaat apabila dihirup atau dikumpulkan dalam organ paru. Efek dari pengobatan ini adalah untuk mengembalikan kondisi spasme bronkus.
Nebulizer merupakan alat medis yang digunakan  untuk memberikan cairan obat dalam bentuk uap/ aerosol ke dalam saluran pernafasan. Alat ini juga merupakan alat dengan mesin tekanan udara yang membantu untuk pengobatan asma dalam bentuk uap/ aerosol basah. Terdiri dari tutup, “ mouthpiece” yang dihubungkan dengan suatu bagian atau masker, pipa plastik yang dihubungkan ke mesin tekanan udara.

c.      Model dan jenis  nebulizer
1)      Model-model Nebulizer
a)      Nebulizer dengan penekan udara ( Nebulizer compressors)
Memberikan tekanan udara  dari pipa ke tutup ( cup ) yang berisi obat cair. Kekuatan dari tekanan udara akan memecah cairan ke dalam bentuk partikel- partikel uap kecil yang daapt dihirup secara dalam ke saluran pernafasan.
b)      Nebulizer ultrasonik ( ultrasonic nebulizer)
Menggunakan gelombang ultrasound, untuk secara perlahan merubah dari bentuk  obat cair ( catatan: pulmicort  tidak dapat digunakan pada sebagian nebulizer ultrasonic) ke bentu uap/ aerosol basah.
c)      Nebulizer generasi baru ( A new generation of nebulizer)
Digunakan tanpa menggunakan tekanan udara maupun ultrasound. Alat ini sangat kecil, dioperasikan dengan menggunakan baterai, dan tidak berisik.Alat ini menghasilkan aerosol melalui osilasifrekuensi tinggi dari piezo-electric crystal  yang berada dekat larutan dan cairan memecah menjadi aerosol. Keuntungan jenis nebulizer ini adalah tidak menimbulkan suara bising dan terus menerus dapat mengubah larutan menjadi aerosol, sedangkan kekurangan alat ini  mahal dan memerlukan biaya perawatan lebih besar.


2)      Jenis-jenis Nebulizer
a)      Disposible nebulizer
Sangat ideal apabila digunakan dalam situasi kegawatdaruratan/ ruang gawat darurat atau di rumah sakit dengan perawatan jangka pendek. Apabila nebulizer di tempatkan di rumah daapt digunakan beberapa kali lebih dari satu kali , apabila dibersihkan setelah digunakan. Dan dapat terus dipakai sampai dengan 2 minggu apabila dibersihkan secara teratur. Dapat digunakan oleh orangtua, babysitter, saat bepergian, sekolah, atau untuk persediaan apabila terjadi suatu serangan.
b)      Re-usable nebulizer
Dapat digunakan lebih lama sampai kurang lebih 6 bulan. Keuntungan lebih dari nebulizer jenis ini adalah desainnya yang lebih komplek dan dapat menawarkan suatu perawatan dengan efektivitas yang ditingkatkan dari dosis pengobatan. Keuntungan kedua adalah dapt direbus untuk proses desinfeksi. Digunakan untuk terapi setiap hari
d.    Prinsip Kerja
Pada ultrasonic nebulizer prinsip kerjanya adalah dengan mengatur  tebal kabut serta mengatur  waktu yang diperlukan. Pesawat ini menggunakan piezoelektrik yang menimbulkan suatu getaran akibat adanya suatu frekuensi untuk memecah cairan obat menjadi kabut. Frekuensi tersebut dihasilkan oleh suatu rangkaian osilator.

            DAFTAR PUSTAKA

                       
































Senin, 08 Mei 2017

KONSEP DAN PRINSIP PEMBERIAN OBAT TOPIKAL


   A.   
Pengertian Obat Topical
            Pemberian obat secara topikal adalah memberikan obat secara lokal pada kulit atau pada membran area mata, hidung, dan lubang telinga.(Christine Juliana, 2007). Topikal adalah obat yang cara pemberiannya bersifat lokal, misalnya tetes mata, salep mata, tetes telinga dan lain-lain.
Cara memberikan obat pada kulit yaitu dengan mengoleskan yang bertujuan untuk mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, dan mengurangi iritasi kulit atau mengatasi infeksi. Pemberian obat kulit dapat bermacam-macam seperti krim, losion, dan salep. Cara memberikan obat pada telinga yaitu dengan tetes telinga. Macam-macam obat tetes. Antara lain :
1.      Obat tetes telinga diberikan pada gangguan infeksi telinga khususnya pada telinga tengah. Cara memberikan obat pada mata yaitu dengan tetes mata atau salep mata.
2.      Obat tetes mata digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian juga dapat digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.
3.      Obat tetes hidung digunakan untuk mengobati infeksi pada rongga hidung, mengencerkan sekresi serta dapat digunakan untuk melihat reaksi setempat. (Moh.Arief, 1995)

      B.     Tujuan Pemberian Obat Tropikal
      Menurut (Jean Smith dan Joyce Young, 2010) tujuan pemberian obat topikal, yaitu :
1.      Memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut
2.      Mempertahankan hidrasi lapisan kulit
3.      Melindungi permukaan kulit
4.      Mengurangi iritasi kulit local
5.      Menciptakan anastesi local
6.      Atau mengatasi infeksi atau iritasi

 C.    Tempat Pemberian Obat Topical
       1.      Tempat pemberian obat tropikal pada kulit (Ganda Sigalingging, 2013)
                        Pemberian obat kulit secara topikal merupakan tindakan mengoleskan obat yang di                        lakukan pada daerah kulit tertentu.
a.      Tujuan:
1)      Melindungi permukaan kulit
2)      Mempertahankan kecantikan lapisan kulit
3)       Memperoleh reaksi obat secara lokal
4)      Mengurangi iritasi kulit

b.      Tekhnik pemberian obat topikal pada kulit:
Alat dan Bahan
Baki berisi:
1)      Obat topikal yang diperlukan misalnya krim, lotion, dan salep.
2)      Handscoon
3)      Kain kasa
4)      Balutan
5)      Plaster
6)      Kom berisi air hangat
7)      Pengalas
8)      Sesuaikan alat dengan kondisi kulit dan obat yang digunakan
9)      Nierbeken

c.       Persiapan pasien
Jelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan tindakan yang akan dilakukan.

d.     Prosedur kerja
1)      Periksa kembali order obat: nama pasien, nama obat, dosis obat, rute pemberian, dan waktu pemberian.
2)      Siapkan obat
3)      Letakkan peralatan dan obat didekat pasien
4)      Cuci tangan
5)      Pasang pengalas
6)      Pasang handscoon
7)      Posisikan pasien senyaman mungkin
8)      Bersihkan daeran yang akan diberi obat dengan air hangat sesuai kondisi kulit kemudian keringkan
9)      Berikan obat sesuai indikasi dan perhatikan cara penggunaan, misal dioles, tabur, atau di kompres
10)  Tutup area kulit sesuai metode pengobatan
11)  Rapikan pasien
12)  Bersihkan alat dan kembalikan ketempatnya
13)  Cuci tangan
14)  Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan

e.      Efek samping
Efek samping Betametason Topikal :
1)      Sensasi rasa panas atau terbakar
2)      Rasa gatal-gatal
3)      Kulit kering
4)      Penipisan kulit
5)      Perubahan warna kulit
6)      Kulit terlihat memar atau memerah


2.      Tempat pemberian obat topikal pada mata (Ganda Sigalingging, 2013)
      Pemberian obat mata secara topikal merupakan memasukkan obat pada mata dengan meneteskan atau mengoleskan pada daerah mata.

a.      Tujuan:
1)      Mengobati penyakit pada mata
2)      Membersihkan mata dari kotoran
3)      Mencegah kekeringan pada mata
4)      Tindakan pemeriksaan

b.      Tekhnik pemberian obat topikal pada mata:
Alat dan bahan
Baki berisi:
1)      Obat tetes atau salep mata yang diperlukan
2)      Handscoon
3)      Kain kasa
4)      Plaster
5)      Tisu
6)      Pegalas
7)      Air hangat atau kapas pelembab
8)      Nierbeken

c.       Persiapan pasien
Jelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan tindakan yang akan dilakukan

d.      Prosedur kerja
1)      Periksa kembali order obat: nama pasien, nama obat, dosis obat, cara pemberian, waktu pemberian, waspada efek obat
2)      Siapkan obat
3)      Bawa alat dan obat ke dekat pasien
4)      Cuci tangan
5)      Gunakan handscoon
6)      Posisikan pasien senyaman mungkin
7)      Bersihkan daerah kelopak dari dalam keluar dengan air hangat sesuai kondisi mata kemudian keringkan
8)      Buka mata bagian bawah dan anjurkan pasien melihat keatas
9)      Teteskan obat sesuai indikasi dan anjurkan pasien menutup mata. Apabila obat berbentuk salep, pegang tube, tekan hingga obat keluar sesuai kebutuhan dalam kelopak mata bawah sambil anjurkan pasien melihat kebawah
10)  Tutup area mata dengan kain kasa sesuai metode pengobatan
11)  Rapikan pasien
12)  Bersihkan alat dan kembalikan ketempatnya
13)  Cuci tangan
14)  Dokumentasikan tindakan yang dilakukan

e.       Efek samping
1)      Rasa pedih ketika pertama kali digunakan antara 2 sampai 3 menit
2)      Ada rasa sakit pada tenggorokan
3)      Demam
4)      Memar pada area mata
5)      Jika si pengguna obat tetes mata mempunyai alergi, ini dapat menyebabkan ruam pada wajah, gatal, bengkak pada mata, pusing bahkan kesulitan bernafas.

3.      Tempat pemberian obat topikal pada telinga (Ganda Sigalingging,2013)
      Pemberian obat telinga secara topikal merupakan tindakan memasukan obat pada telinga dengan cara meneteskan melalui dinding telinga. Tindakan ini dilakukan pada pasien dengan gangguan infeksi telinga.
a.      Tujuan:
1)      Memberi efek lokal
2)      Menghilangkan nyeri
3)      Melunakkan serumen

b.      Tekhnik pemberian obat topikal pada telinga;
Alat dan bahan
Baki berisi:
1)      Botol obat dan penetes steril dan tempatnya
2)      Buku daftar obat
3)      Spekulum telinga, jika diperlukan
4)      Lidi kapas
5)      handscoon
6)      Plaster
7)      Kain kasa
8)      Tisu
9)      Nerbeken

c.       Persiapan pasien
Jelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan tindakan yang akan dilakukan.

d.      Prosedur kerja
1)      Periksa kembali order obat: nama pasien, nama obat, dosis obat, cara pembarian, rute pemberian obat, waktu pemberian, dan waspada efek samping
2)      Siapkan obat
3)      Letakan peralatan dan obat ke dekat pasien
4)      Cuci tangan
5)      Atur posisi pasien  dengan kepala miring ke kanan/kiri. Upayakan telinga pasien mengadah ke atas
6)      Pasang spekulum telinga, jika diperlukan
7)      Tarik daun telinga keatas atau kebelakang
8)      Teteskan obat pada dinding telinga sesuai dosis
9)  Jika obat berbentuk salep oleskan dengan menggunakan lidi kapas pada liang telinga
10)  Anjurkan pasien mempertahankan posisi tersebut selama 3-5 menit
11)  Tutup telinga dengan kain kasa kemudian plaster sesuai kebutuhan pasien
12)  Rapikan pasien
13)  Kembalikan alat ketempatnya
14)  Cuci tangan
15)  Dokumentasikan tindakan yang dilakukan

e.       Efek samping
Efek samping otopain topikal
1)      Gangguan pada kanal eksternal pendengaran
2)      Kepekaan pada kulit
3)      Otottoksitas
4)      Nefrotoksisitas karena neomycin

4.      Tempat Pemberian Obat Topikal Pada Hidung (Ganda Sigalingging,2013)
Pemberian obat secara topikal pada hidung merupakan tindakan memasukkan sejumlah obat melalui lubang hidung.

a.      Tujuan:
1)      Mengencerkan sekresi
2)      Mengobati infeksi pada rongga hidung
3)      Melihat reaksi setempat

b.      Tekhnik pemberian obat topikal pada hidung:
Alat dan bahan
1)      Botol obat dengan penetes steril
2)      Pipet
3)      Spekulum hidung
4)      Kain kasa
5)      Plester
6)      Tisu
7)      Nierbeken


c.       Persiapan pasien
Jelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan tindakan yang akan dilakukan.

d.      Prosedur kerja
1)      Periksa order obat: nama pasien, nama dan dosis obat, cara pemberian, dan rute pemberian
2)      Siapkan obat
3)      Letakkan peralatan dan obat kedekat pasien
4)      Cuci tangan
5)      Atur posisi
·         Duduk: kepala tengadah ke belakang
·         Berbaring: bagian kepala ekstensi pada tepi tempat tidur atau gunakan bantal dibawah bahu dan kepala tengadah kebelakang
6)      Teteskan obat pada masing-masing lubang hidung sesuai dosis pemberian
7)      Pertahankan posisi 2-3 menit
8)      Rapikan pasien
9)      Kembalikan alat pada tempatnya
10)  Cuci tangan
11)  Dokumentasikan tindakan yang dilakukan
e.       Efek samping
Efek samping iliadin topikal :
1)      Rasa panas
2)      Rasa kering pada mukosa hidung
3)      Bersin
4)      Pusing
5)      Insomnia
6)      Palpitasi
7)      Dapat terjadi pembengkakan kronis dari mukus nasal pada pemakaian berlebihan atau jangka panjang

        B.     Klasifikasi Obat Topikal
1.      Berdasarkan Bentuk
a.      Lotion
            Lotion adalah sediaan cair berupa suspensi atau dispersi, digunakan sebagai obat luar. Lotion biasanya terdiri dari minyak dicampur dengan air, dan tidak memiliki kandungan alkohol. Bisanya lotion akan cepat mengering jika mengandung alkohol yang tinggi. Pada umumnya pembawa dari lotion adalah air. lotion dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai pelindung atau untuk obat karena sifat bahan-bahannya. Kecairannya memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat pada permukaan kulit. Setelah pemakaian, lotion akan segera kering dan meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat pada permukaan kulit. (Ansel, 1989)

b.      Shake lotion
            Shake lotion merupakan campuran yang memisah menjadi dua atau tiga bagian apabila didiamkan dalam jangka waktu tertentu. Minyak sering dicampur dengan larutan berbasis air. Perlu dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan. (Anief, 1999)

c.       Cream
            Cream adalah campuran yang lebih tebal dari lotion dan akan mempertahankan bentuknya apabila dikeluarkan wadahnya. Cream biasanya digunakan untuk melembabkan kulit. Cream memiliki risiko yang signifikan karena dapat menyebabkan sensitifitas imunologi yang tingi, Cream memiliki tingkat penerimaan yang tinggi oleh pasien. Cream memiliki variasi dalam bahan, komposisi, pH, dan toleransi antara merek generik. (Jean Smith, Joyce Young dan patricia carr, 2005)
d.      Salep
            Salep adalah sebuah homogen kental, semi-padat, tebal, berminyak dengan viskositas tinggi, untuk aplikasi eksternal pada kulit atau selaput lendir. Salep digunakan sebagai pelembaban atau perlindungan, terapi, atau profilaksis sesuai dengan tingkat oklusi yang diinginkan. Salep digunakan pada kulit dan selaput lendir yang terdapat pada mata (salep mata). Salep biasanya sangat lembab, dan baik untuk kulit kering selain itu juga memiliki risiko rendah sensitisasi akibat beberapa bahan minyak atau lemak. Menurut pemikiran modern salep adalah sediaan semipadat untuk pemakaian pada kulit dengan atau tanpa penggosokan. Oleh karena itu salep dapat terdiri dari substansi berminyak atau terdiri dari emulsi lemak atau lilin yang mengandung air dalam proporsi relatif tinggi. (Anief, 1999)

      C.    Indikasi Pemberian Obat Secara Topikal (Moh. Arief, 1995)
1.      Pada pasien dengan mata merah akibat iritasi
2.      Pada pasien radang mata atau alergi mata
3.      Infeksi saluran nafas
4.      Otitis media (radang rongga gendang telinga)
5.      Infeksi kulit

         D.    Kontra Indikasi Pemberian Obat Secara  Topikal  (Moh. Arief, 1995)
1.      Pada penderita glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak. Kecuali dalam pengawasan dan nasehat dokter
2.      Hipersensitivitas
3.      Diare, gangguan fungsi hati dan ginjal
4.      Pada pasien ulkus dendritik
5. Individu yang atopi (hipersensitivitas atau alergi berdasarkan kecenderungan yang ditemukan
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Ajar Praktek Kebidanan.EGC, Jakarta.
Potter, 2000. Perry Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester  Monica. Buku kedokteran EGC, Jakarta.
Priharjo Robert, 1995. Tekhnik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. EGC, Jakarta.
Samba, Suharyati, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC, Jakarta.
Sigalingging, Ganda, 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Buku kedokteran EGC, Jakarta.



TEKNOLOGI DAN SISTEM INFORMASI DALAM DUNIA KESEHATAN DAN KEPERAWATAN TENTANG NEBULIZER

Teknologi dan Sistem Informasi dalam Dunia Kesehatan dan Keperawatan A.     Pengertian sistem informasi kesehatan Sistem informasi kese...