A.
Definisi Caring
Caring adalah suatu perasaan
dan penunjukan kepedulian dan empati kepada orang lain, menunjukkan atau
memiliki kasih sayang. Dari definisi tersebut, caring merupakan suatu perasaan
yang juga membutuhkan tindakan.
Teori caring Dr. Jean Watson
sudah dikenal dalam dunia keperawatan. Ada tiga elemen utama dari teorinya, yaitu faktor – faktor karatif,
hubungan caring transpersonal, dan kesempatan untuk melakukan caring/momen
melakukan caring (Watson, 2001).
Karatif faktor Watson berupaya
untuk menghormati persepsi manusia (pasien) tentang pekerjaan dunia keperawatan
dan kehidupan di dalamnya serta pengalaman subjektif dari pasien yang dilayani.
( Watson, 1997)
Dua contoh dari faktor – faktor
karatif, yang kemudian berubah menjadi faktor – faktor caritas pada tahun 2001,
pada praktik klinik adalah “pengembangan dan mempertahankan hubungan saling
percaya, hubungan caring yang otentik” dan “memberi dan mendukung tentang
ekspresi perasaan yang positif atau negatif sebagai koneksi dengan semangat
yang dalam dari diri sendiri dan untuk apa menjadi peduli” (Watson, 2001)
Untuk membangun hubungan saling
percaya dan hubungan caring yang baik dengan pasien, perawat harus selalu sadar
diri terhadap segala macam perasaan yang menghakimi atau perasaan yang melebihi
batasan untuk terjalin sebuah ikatan dengan pasien. Caring membutuhkan perawatan
untuk memiliki hubungan mendalam untuk menciptakan semangat dalam diri sendiri
dan semangat dalam diri pasien. Model caring Watson membutuhkan perawat untuk
melihat keunikan masing – masing individu dan melihat semua ekstensi yang
memungkinkan untuk menjaga harga diri pasien. Model caring Watson membutuhkan
perawatan untuk melihat keunikan masing – masing individu dan melihat semua
ekstensi yang memungkinkan untuk menjaga harga diri pasien. Elemen kedua,
hubungan caring trnspersonal, menjelaskan kesadaran perawat tentang caring dan
komitmen moral untuk membuat koneksi yang disengaja dengan pasien. Elemen
ketiga adalah kesempatan merawat/momen perawatan, adalah ruang dan waktu ketika
pasien dan perawat secara bersama-sama untuk membuat proses caring terjadi.
B.
Teori Etik Caring
Edwar (2009), menjelaskan
evolusi dari teori etik caring selama 15 tahun terakhir ada tiga versi.
Pertama, Gilligan (1982) memulai diskusi dengan fokus pada konteks dari situasi
dibandingkan dengan pemihakan dan pertimbangan tentang isu-isu yang pantas.
Refleksi adalah suatu elemen dari keadilan yang berbasis pertimbangan moral dan
tidak menyertakan pertimbangan pada tingkatan caring atau kedekatan dalam suatu
hubungan. Gilligan adalah yang pertama yang mengubah teori moral yang dulunya
berada pada posisi dimana individu dipandang sebagai independen menjadi posisi
dimana individu saling berhubungan dan saling bergantung satu sama lain. Orang
asing tidak akan menerima tingkat caring yang sama seperti yang pengalaman yang
pernah kita alami. Sebagai contoh, anda mungkin setuju ketika merawat kucing
tetangga anda pergi, tetapi hal itu berbeda ketika anda menyetujui merawat adik
anda di rumah anda sementara dia sedang sedang dalam perawatan di rumah sakit.
Caring terletak pada tindakan yang berkelanjutan dengan perilaku yang berbeda
dalam keterlibatan emosional bagi individu pada hubungan yag saling
mempedulikan satu sama lainnya.
Kedua,
kontribusi utama Tronto (1993) telah berada di ranah filosofi politik. Dia
berpendapat “Bahwa jika kita fokus pada hubungan saling peduli dan hubungan
antara kekuatan dan tindakan kepedulian, seperti merawat anak-anak dan orang
sakit, maka sebuah tatanan sosial dengan pengaturan yang berbeda secara radikal
akan terjadi ” (Edwars, 2009).
Mirip dengan Gilligan (1982),
Tronto (1993) membedakan antara kewajiban yang berbasis etika dengan tanggung
jawab yang berbasis etika. Kewajiban berbasis etika berasal dari teori
utilarianisme, prinsipalisme deontologi, atau (Beuchamp & Childress, 2009),
di situasi yang bagaimana pembuat keputusan menentukan kewajiban yang ia miliki
dan konsekuensinya. (“Kewajiban apa, jika memang ada, apa yang harus saya
lakukan pada orang ini”). Sebaliknya, pada tanggung jawab yang berbasis etika,
hubungan dengan orang lain adalah awal untuk memulai. Menurut Tronto(1993), etika
caring melibatkan pengembangan “kebiasaan caring”. Perawat harus bertanya pada
dirinya sendiri bagaimana cara terbaik untuk memenuhi caring secara tanggung
jawab.
Ketiga,
Gastmans (2006) dan Little (1998) berusaha untuk menjawab pertanyaan “apa
tindakan terbaik untuk merawat pasien ini?”. Keduanya tidak mempertimbangkan
etika caring sebagai sebuah teori, tetapi orientasi moral. Beberapa kritikus
mengenai etika caring melihat bahwa caring sebagai perspektif yang diperlukan
untuk kepekaan moral dan respon moral, tetapi mereka juga mempercayai bahwa ada
elemen-elemen lain yang dibutuhkan sebagai pemecahan masalah moral. Beberapa
elemen ini dapat ditemukan Beuchamp dan Childress (2009) atau empat elemen
Tronto (1993) yang akan dibahas kemudian. Beberapa orang menderita kebutaan
moral dan tidak tergerak kepada penderitaan orang lain untuk segera mengambil
tindakan. Bagi beberapa orang, visi moral tetap ada namun tidak dikembangkan.
Meskipun begitu, orientasi caring adalah dasar hubungan antara perawat dengan pasien
dan profesi perawat itu sendiri. Mengacu pada kode etik perawat, “Pertimbangan
perawat diambil untuk digunakan merawat pasien agar pasien dapat hidup dengan
kondisi fisik, emosional, sosial dan piritual sesejahtera mungkin”.
C.
Sebuah Kasus Pada Caring
Tuan Jones, usia 59 dirawat di
rumah sakit karena nyeri akut pada perut dengan muntahan materi kopi. Dia
memiliki sejarah panjang kecanduan alkohol dan diabetes tidak tekelola, serta
ia juga memiliki amputasi di bawah lutut kiri. Empat bulan lalu, istrinya meninggal
setelah 40 tahun menikah. Bapak Jones menyatakan ini adalah alasan ia berhenti
mengurus dirinya dan mulai mabuk berat lagi. Menurut perawat yang melaksanakan
catatan klinis Bapak Jones menyatakan bahwa Bapak Jones meminta obat penghilang
nyeri lebih sering daripada pasien lain dengan kondisi ini. Karena perawat
telah menyediakan perawatan untuk Bapak Jones pada beberapa kesempatan, perawat
mengetahui ia sering membutuhkan dosis analgesik yang lebih tinggi dan perawat
merespon penderitaan Bapak Jones dengan menghubungi dokter untuk perubahan
dosis. Dokter ragu-ragu untuk meningkatkan dosis morfin dan untuk menghindari
hal yang membahayakan pada pasien, perawat menganjurkan Bapak Jones terlibat
langsung dalam resolusi konflik ini dengan dokter.
D.
Penerapan Etika Caring pada Praktik Keperawatan
Pada tingkat yang paling umum
kami sarankan caring dapat dipandang sebagai sebuah aktivitas pasien yang
meliputi segala sesuatu yang kita lakukan untuk mempertahankan, melanjutkan dan
memperbaiki “dunia” kita sehingga kita bisa hidup di dalamnya sebaik mungkin.
Dunia yang termasuk tubuh kita, diri kita dan lingkungan kita dan semua itu
kita usahakan agar tetap terjalin kompleks.
Tronto menyarankan ada hubungan
yang sudah ada pada hubungan moral antara orang-orang, karena itu,
pertanyaannya adalah, “Bagaimana saya memenuhi tanggung jawab caring saya?”.
Model Tronto ini mengusulkan empat fase peduli dan empat elemen perawatan.
Fase-fase itu belum tentu berurutan dan sering tumpang tindih. Unsur-unsur
perawatan dianggap fundamental diperlukan dalam rangka untuk menunjukkan
caring. Empat fase peduli, temuan Tronto tentang empat fase ini, merawat pasien
melibatkan kognitif, emosional, dan tindakan strategi :
1.
Caring about
2.
Taking care of
3.
Care giving
4.
Care receiving
Dalam kasus Bapak Jones,
perawat pada fase satu (caring about)
menyadari kebutuhan untuk obat sakit meningkat dalam penilaian nyeri pasien. Pada
tahap dua (taking care of), perawat
melihat tanggung jawab untuk merespon tingkat nyeri yang dialami pasien. oleh
karena itu, pada fase ke tiga(care giving),
perawat mengambil tindakan memanggil dokter untuk perubahan dosis analgesik,
dan dosis morfin meningkat. Ini termasuk pengambilan tindakan dalam memenuhi
kebutuhan pasien. menghadapi konflik dengan dokter merupakan bagian terpenting
dari perawatan(Kohlen, 2011; Lachman, 2009). Akhirnya, pada fase empat (care recaiving), perawat menilai
keberhasilan intervensi dengan pasien (receiver
of care). Ini tahap terakhir yang membantu terjalinnya hubungan antara
pasien dengan perawat, dan merupakan aspek yang khas untuk etika perawatan
(Edwars, 2011).
Contoh ini menggambarkan proses
keperawatan dalam tindakan, dan metode pemecahan masalah diperlukan untuk
praktik keperawatan yang efektif. Namun, pelaksanaan proses yang menentukan
apakah pasien mendapatkan caring atau tidak. Caring mendefenisikan keperawatan,
seperti menyembuhkan seperti mendefenisikan obat. Perawat hadir pada kerentanan
pasien, terutama karena kebutuhan pasien ini memiliki potensi untuk menciptakan
ketergantungan (Edwars, 2009).
Dalam kasus Bapak Jones, fokus
dokter pada pengobatan yang terlibat amputasi, sementara perawat yang
dibutuhkan untuk menerapkan empat fase merawat untuk praktik keperawatan yang
efektif. Empat unsur caring, keempat unsur atau fundamental diperlukan untuk
efektif caring yang membutuhkan sikat tertentu dan keterampilan. Perawatan yang
baik menggabungkan kegiatan tertentu, sikap, dan pengetahuan tentang kebutuhan
pasien dan situasi. Dalam hal ini, pengalaman masa lalu perawat dengan pasien
memberikan pengetahuan tentang kebutuhan manajemen nyeri pasien, yang membantu
perawat menghindari sikap menghakimi tentang permintaan obat penghilang rasa
nyerinya dan motivasi tindakan (aktivitas) untuk meminta peningkatan dosis
analgesiknya. Teori Tronto terdiri dari empat unsur caring meliputi berikut :
1.
Perhatian
2.
Tanggung jawab
3.
Kompetensi
4.
Respon dari
penerima pelayanan
Pertama,
caring memerlukan pendeteksian kepada pasien dan /keluarga. Jika perawat gagal
dalam mengenali kebutuhan pasien atau keluarga maka tidak akan terjalin caring.
Perhatian perawat memiliki peranan penting dalam menerima dan menghormati
pasien, mereka ditantang untuk melangkah keluar sistem preferensi pribadi
mereka agar dapat mengerti pasien, sehingga mereka dapat lebih memahami keadaan
pasien dalam kehidupan sehari-hari (Gastman, 2006, hal. 136). Rumah sakit juga
telah menerapkan kebijakan untuk mendorong perhatian pada kebutuhan pasien.
Beberapa rumah sakit memiliki tanda-tanda yang menunjukkan “Tidak ada kawasan
yang cocok” (Hendren, 2010). Hal ini memperkuat anggapan bahwa perawat tidak
pernah aktif dalam memberikan pelayanan kepada pasien yang membutuhkan ,
implementasi klasik lainnya mendukung hal ini Maret-April 2012. Vol.21/No.2.
Pemerintahan yang melakukan penetapan per jam (Meade, Bursell, & Ketelsen,
2006). Kedua strategi ini dapat membantu memastikan bahwa tidak ada pasien yang
di abaikan pada saat yang paling dibutuhkan.
Menurut kode etik perawat (ANA,
2001) semua perawat profesional memiliki tanggung jawab untuk merawat pasien di
bawah perawatan mereka. Oleh karena itu, ada ketidakpastian seputar tanggung
jawab sebagai elemen kedua dari kepedulian. Dalam konteks etika keperawatan,
ada ambiguitas bahwa perawat memiliki tanggung jawab untuk ditugaskan oleh
pasien (Edwars, 2009). Namun,ruang lingkup kepedulian mereka dapat menimbulkan
pertanyaan, apakah keperawatan medikal bedah memiliki tanggung jawab untuk
merawat Bapak Jones hanya sekali setelah ia dipindahkan ke ruang operasi?.
Penulis ini percaya bahwa perawat memiliki tanggung jawab untuk melakukan
pemindahan ke dan dari ruang operasi
untuk mendukung Bapak Jones. Unsur ketiga adalah kompetensi (Tronto,
1993), jika perawat melaksanakan strategi pengelolaan rasa sakit yang efektif,
baik karena kurangnya pengetahuan atau organisasi protokol, maka perawat ini
tidak akan terlihat memberikan kepedulian menurut sudut pandang pasien
administrato memiliki kewajiban untuk menyediakan perawat dalam mengelola rasa
sakit dengan pendidikan efektif, berbasis bukti nyeri manajemen protokol.
Perawat mmiliki tanggung jawab untuk memperbarui kompetensi secara terus
menerus dengan profesional, khususnya dalam pengetahuan dan keterampilan,
memerlukan komitmen seumur hidup(ANA, 2001).
Perawatan yang baik membutuhkan
kompetensi untuk individu dalam memberikan perawatan yang didasarkan pada
fisik, psikologis, budaya, dan spiritual berdasarkan berdasarkan kebutuhan
pasien dan keluarga (Vanlaere & Gastmans, 2011).
Perawatan yang baik bertujuan untuk memnamtu
pasien menjadi seseorang yang mandiri. Perawatan yang baik perlu diberikan
secara kompeten, sementara juga harus ada pertimbangan konteks pasien
(misalnya, kematian istri etelah 40 tahun menikah). Unsur terakhir adalah
pasien atau keluarga tanggap terhadap perawatan (Tronto, 1993).
Pasien rentan terhadap tindakan
atau kurangnya tindakan perawat. Dalam beberapa situasi, pasien yang kurang
tanggap terhadap analgesik memiliki penilaian yang berbeda dalam menentukan
rencana perawatan. Perawat perlu memverifikasi bahwa kepedulian kebutuhan
pasien dapat terpenuhi.
Perawatan merupakan praktek
timbal balik, terjadi dalam kerangka kerja dalam hubungan antara perawat (care
giver) dan pasien (penerima pelayanan) (Gastmans, 2006).
Timbal balik tersebut terdiri
dari memverifikasi bahwa perawatan yang diberikan adalah kebutuhan
pasien.Timbal balik ini harus selalu berfokus pada pemenuhan kebutuhan
perawatan dari pasien atau keluarga, sehingga tidak ada penyalahgunaan
kekuasaan yang terjadi (misalnya, paternalisme).
Watson (2001) juga difokuskan
pada hubungan timbal balik dalam hubungan antara perawat dan pasien, yang
menunjukkan pentingnya perawatan yang diberikan oleh perawat, pasien tidak
pernah untuk digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dari kepuasan diri
sendiri.
Meringkas Gilliganide (1982),
perawat perlu mengurus diri agar mampu merawat orang lain. Oleh karena itu,
perawat harus terlibat dalam strategi perawatan diri sehingga ia akan memiliki
energi dan motivasi untuk melaksanakan empat unsur perawatan : perhatian,
tanggung jawab, kompetensi dan responsif (Tronto, 1993).
DAFTAR PUSTAKA
Meidiana Dwidiyanti. 2008. Keperawatan dasar. Semarang. Hasani
Potter, Patricia A. Anne G.
Perry, 2009. Fundamental of nursing edisi
7. Jakarta. Salemba Medika.
Potter, P.A & Perry, A.G.
(1993) Fundamental of Nursing Concepts,
Process and
Practice. Thrd edition. St.Louis: Mosby Year Book
Taylor, carol lilis, carol dan
lamone, priscilia. 1997. Fundamental of
nursing 3nd ed. Phidelphia : lippincontt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar